Sabtu, 06 Desember 2025

Strategi BI Perkuat Fondasi Ekonomi RI Hadapi 2026

Strategi BI Perkuat Fondasi Ekonomi RI Hadapi 2026
Strategi BI Perkuat Fondasi Ekonomi RI Hadapi 2026

JAKARTA - Dalam menghadapi dinamika global yang tidak selalu dapat diprediksi, Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa ketahanan ekonomi nasional harus dibangun melalui fondasi yang lebih kokoh dan strategi yang lebih terukur. 

Lewat Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2025, BI merumuskan lima formula utama yang diyakini mampu menjaga arah pembangunan ekonomi Indonesia tetap stabil hingga memasuki 2026. 

Pendekatan ini menempatkan keseimbangan antara stabilitas dan pertumbuhan sebagai pondasi utama, terutama karena tantangan global diperkirakan masih berlanjut.

Baca Juga

Skema Pooling Fund Bencana Jadi Babak Baru Asuransi BMN

PTBI kali ini tidak hanya menyampaikan kondisi ekonomi tahun berjalan, tetapi juga menjadi momentum bagi BI untuk menegaskan arah transformasi nasional. 

Resep kebijakan yang diperkenalkan BI dirancang untuk menguatkan fondasi, meningkatkan kualitas transformasi sektor riil, serta memastikan ekonomi tetap bergerak meski tekanan eksternal menerpa.

Perekonomian Indonesia sepanjang 2025 menunjukkan ketahanan yang relatif baik. Walaupun tekanan global dari perlambatan ekonomi dunia hingga kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) masih membayangi, respons kebijakan yang tepat dinilai mampu menjaga kestabilan.

Perry Warjiyo menekankan bahwa kolaborasi adalah elemen utama dalam mengarungi cepatnya perubahan ekonomi global yang semakin kompleks. “Stabilitas yang dinamis. Harga-harga terkendali, rupiah stabil, ekonomi bergerak cepat, dan rakyat mendapat manfaat. Itulah ‘Sumitronomcis’,” tegasnya.

1. Stabilitas Makroekonomi dan Sistem Keuangan yang Lebih Solid

Resep pertama BI menempatkan stabilitas makroekonomi sebagai syarat mutlak menuju pertumbuhan yang lebih tinggi. Dalam pandangan BI, stabilitas bukan sekadar menjaga indikator keuangan tetap seimbang, tetapi juga menciptakan fondasi kebijakan yang kokoh bagi pembangunan jangka panjang.

Stabilitas nilai tukar dan inflasi tetap menjadi fokus utama. Dalam konteks pengelolaan fiskal, batas defisit APBN tetap harus dijaga di bawah 3 persen PDB. Hal ini penting untuk memastikan keberlanjutan fiskal sekaligus memperkuat kepercayaan pasar.

Ketahanan perbankan juga disoroti sebagai elemen strategis. Sistem keuangan yang kuat dianggap menjadi benteng penting saat tekanan global meningkat. Seluruh langkah ini, menurut BI, membutuhkan sinergi kuat antara kebijakan fiskal dan moneter.

2. Transformasi Sektor Riil untuk Dorong Produktivitas

Resep kedua berfokus pada kerja besar memperkuat sektor riil sebagai motor pertumbuhan ekonomi. Menurut BI, transformasi sektor riil akan meningkatkan modal, tenaga kerja, hingga produktivitas nasional secara keseluruhan.

Hilirisasi dan industrialisasi berbasis sumber daya alam (SDA) kembali menjadi prioritas kebijakan industrial. Langkah ini diyakini mampu menambah nilai ekspor, menciptakan lapangan kerja, sekaligus mengurangi ketergantungan pada komoditas mentah.

BI menekankan bahwa reformasi struktural tetap menjadi fondasi bagi keberhasilan transformasi. Perbaikan iklim investasi, efisiensi birokrasi, peningkatan konektivitas, dan penguatan sektor perdagangan harus berjalan beriringan. Kebijakan ini dirancang agar investasi lebih deras mengalir, baik dari domestik maupun asing.

3. Perluasan Pembiayaan Ekonomi dan Penguatan Pasar Keuangan

Transformasi sektor riil membutuhkan modal besar, dan BI menilai APBN tidak mungkin bekerja sendirian. Maka dari itu, resep ketiga BI mendorong perluasan pembiayaan melalui berbagai instrumen.

Pendanaan hilirisasi serta industrialisasi SDA akan banyak bergantung pada perbankan dan lembaga keuangan, baik domestik maupun internasional. Peran investor asing juga dipandang penting dalam mengisi celah pendanaan yang tidak dapat ditutup oleh anggaran pemerintah.

Dalam strategi ini, pasar keuangan harus terus diperkuat agar mampu menjadi sumber pembiayaan jangka panjang. Pendalaman pasar keuangan sekaligus akan memberi alternatif investasi yang lebih luas bagi masyarakat.

4. Digitalisasi Ekonomi dan Sistem Pembayaran yang Mendorong Efisiensi

Resep keempat diarahkan pada percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan. BI menyoroti kemajuan signifikan dalam penggunaan QRIS, mobile banking, e-commerce, hingga BI-FAST, yang membuat aktivitas transaksi semakin efisien.

Digitalisasi sistem pembayaran pemerintah juga terus meningkat. Langkah ini bukan hanya mempermudah proses administrasi, tetapi juga meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.

Menurut BI, percepatan digitalisasi akan mempermudah integrasi ekonomi nasional. Dalam jangka panjang, digitalisasi juga dapat memperluas akses keuangan masyarakat, membuka peluang usaha, dan menekan biaya transaksi pada berbagai sektor.

5. Kerja Sama Perdagangan dan Investasi di Tengah Proteksionisme

Di tengah tren proteksionisme global, kerja sama internasional tetap menjadi komponen penting. BI menegaskan bahwa resep kelima bertujuan memperkuat jaringan investasi dan perdagangan, baik bilateral maupun regional.

Kerja sama ini juga dikaitkan dengan agenda hilirisasi nasional serta kebutuhan pembiayaan pembangunan. Penggunaan mata uang lokal (local currency transactions/LCT) terus diperluas untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.

Selain itu, sistem pembayaran digital antarnegara juga ditingkatkan. Langkah ini membuka peluang bagi peningkatan efisiensi transaksi internasional sekaligus memperkuat kerja sama ekonomi lintas kawasan.

Proyeksi: Pertumbuhan Ekonomi RI Kian Meningkat Hingga 2027

BI menyebut bahwa lima resep kebijakan tersebut dirancang saling berkaitan dan saling menguatkan. Dengan kombinasi tepat, BI optimistis ekonomi Indonesia dapat tumbuh lebih tinggi dan lebih kebal terhadap gejolak global.

Proyeksi pertumbuhan 2025 berada pada kisaran 4,7–5,5 persen. Angka ini diperkirakan meningkat menjadi 4,9–5,7 persen pada 2026 dan 5,1–5,9 persen pada 2027. Bauran kebijakan BI juga diarahkan untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas dan pertumbuhan, terutama melalui penguatan kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran.

Melalui resep kebijakan yang disebut Perry Warjiyo sebagai “Sumitronomics”, Bank Indonesia menegaskan fokus dalam menjaga kesinambungan stabilitas sekaligus mempercepat transformasi ekonomi. 

Dengan penguatan makroekonomi, percepatan sektor riil, perluasan pembiayaan, digitalisasi, serta kerja sama internasional, Indonesia diharapkan mampu menapaki pertumbuhan yang lebih berkualitas dan tahan terhadap tekanan global hingga memasuki 2027.

Aldi

Aldi

indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Aturan Repricing Premi Asuransi Kesehatan yang Wajib Dipahami

Aturan Repricing Premi Asuransi Kesehatan yang Wajib Dipahami

Uang Primer Melambat, Efektivitas Likuiditas Pemerintah Dipertanyakan

Uang Primer Melambat, Efektivitas Likuiditas Pemerintah Dipertanyakan

Rupiah Melemah di Tengah Kenaikan Indeks Dolar Global

Rupiah Melemah di Tengah Kenaikan Indeks Dolar Global

Simulasi Angsuran KUR Mandiri 2025, Syarat Pengajuan dan Cara Mengajukan Lengkap

Simulasi Angsuran KUR Mandiri 2025, Syarat Pengajuan dan Cara Mengajukan Lengkap

Elon Musk Masih Memimpin Daftar Orang Terkaya Dunia Desember 2025

Elon Musk Masih Memimpin Daftar Orang Terkaya Dunia Desember 2025